Setelah Susan Boyle (47 thn) tampil memukau dan mengejutkan dunia, kini giliran Hollie Steel mengguncang penonton dalam ajang pencarian bakat Britain’s Got talent.
Hollie Steel masih berusia 10 tahun. Tubuh kurusnya dibalut pakaian balet berwarna ungu. Ketika memasuki arena lomba, Hollie memeragakan tarian baletnya. Sesaat tim juri dan penonton terkejut dengan aksi Hollie tersebut. Sejauh ini memang belum pernah ada suguhan balet semacam itu.
Simon Cowell, sang juri, bahkan mulai tak sabar. Dia lalu memberikan aba-aba dengan tangan kirinya agar Hollie segera menyanyi.
Ketika kemudian gadis cilik itu mulai menyanyi, seketika gemuruh suara penonton. Mereka terkejut dengan lantunan suara Hollie. Begitu pula keempat juri yang hadir: Simon Cowell, Amanda Holden and Piers Morgan. Standing applaus dilakukan penonton.
Hollie melantunkan lagu I Could Have Dance All Night. Sebuah lagu yang muncul dalam film musikal My Fair lady tahun 1964. Film itu dibintangi Audrey Hepburn. Sedangkan yang melantunkan vokalnya Julie Andrews.
Siapakah Hollie Steel?
Gadis cilik kelahiran 1988 ini putri pasangan Jason Steel dan Nina Steel yang menetap di Lancashire. Pada awalnya mereka lebih memilih kakak Hollie yang bernama Joshua untuk tampil dalam ajang pencarian bakat ini.
“Kami memilih Josh karena usianya sudah 15 tahun. Rasanya dia lebih tepat mendapatkan kesempatan itu untuk menyalurkan bakatnya. Kami justru tidak benar-benar berpikir tentang karir Hollie di usianya yang kesepuluh itu,” kata Nina, sang ibu.
Keraguan sang ibu itu disebabkan Hollie belum sembuh benar dari sakitnya. Kondisi kesehatannya memburuk dan suaranya pun serak.
Sejak kecil Hollie memang sering sakit. Terutama radang paru-paru. Saat berusia 4 tahun, penyakit itu hampir merenggut nyawanya. Kondisinya sangat kronis.
“Itulah saat antara hidup dan mati. Dokter berpikir dia tidak mungkin sembuh,” kata Nina mengenang masa kecil Hollie.
Selama 3 bulan Hollie terbaring di rumah sakit Manchester Royal Children’s Hospital. Radang paru-paru yang diderita Hollie memang parah. Paru-parunya dipenuhi cairan sehingga harus dilakukan operasi. Beruntung saat kritis itu berhasil dilaluinya. Tetapi salah satu paru-parunya tidak berfungsi.
Kini dia tercatat sebagai murid sekolah dasar di Oakhill College, Whalley, Lancashire.
Pembaca Budiman
Andaikan Anda menyaksikan penampilan Hollie Steel, tentu sepakat untuk menilai penampilan yang luar biasa itu. Kekaguman kita mungkin semakin bertambah dengan riwayat penyakit yang pernah diderita Hollie.
Sebelumnya kita juga dikejutkan dengan suara emas Susan Boyle. Perempuan yang secara fisik tidak cantik itu berhasil memukau masyarakat dunia. Bahkan kriteria yang telah lama melekat dalam ajang lomba seperti itu agaknya telah berubah. Kriteria seperti: cantik, ganteng, dan lain-lain, berubah dengan hadirnya pribadi-pribadi yang tangguh dan percaya diri, meski terdapat kekurangan dalam fisiknya.
Susan Boyle tidak cantik dan salah satu paru-paru Hollie Steel tidak berfungsi. Tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa telah menunjukkan bahwa ketidaksempurnaan bukanlah halangan untuk terus maju.
Tentu kita berharap agar ajang lomba semacam itu, yang sering diadakan di negeri ini, juga memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang memiliki ketidaksempurnaan.
Kita telah lama disuguhi ajang lomba Kontes Dangdut Indonesia (KDI), Indonesian Idol, Mamma Mia, Idola Cilik, dll. Ajang lomba tersebut tentu saja bagus dalam menjaring bakat-bakat generasi muda. Tentu saja secara kualitas masih perlu disempurnakan.
Tetapi yang penting adalah terbukanya semua kesempatan terhadap figur yang secara fisik tidak sempurna.
Di sisi lain, ajang lomba semacam itu hendaknya tidak dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan sepihak. Terutama pihak panitia yang menyelenggarakan acara. Sementara peserta yang telah menguras waktu dan tenaganya tidak terlalu diperhatikan lagi kelanjutan karirnya.
Sebagai contoh, Kontes Dangdut Indonesia (KDI) telah beberapa kali diselenggrakan. Kalau tidak salah telah memasuki jilid 4.
Namun yang patut disesalkan adalah alumni atau para pemenang dari KDI 1 hingga yang terakhir tidak begitu diketahui lagi perkembangan karirnya.
Apakah mereka berhasil mengembangkan karirnya atau tenggelam begitu saja, tidak diketahui secara persis. Yang ada adalah munculnya peserta-peserta baru.
Hal ini patut disesalkan. Mereka yang telah masuk 10 besar dalam setiap lomba tentu memiliki kualitas suara yang bagus. Tetapi tidak bermakna lagi jika tidak didukung sebuah manajeman yang secara khusus mengelola karir mereka.
Padahal, setiap ajang lomba yang diselenggarakan menghasilkan keuntungan besar bagi panitia. Konon kabarnya, KDI 1 berhasil meraup keuntungan 25 milyar. Kabarnya pula, sebagian mobil anggota panitia berubah baru dan mewah.
Tetapi finalis yang masuk 10 besar hingga kini tidak diketahui lagi. Setidaknya dari jarangnya kemunculan mereka di layar TV. Nama-nama seperti: Safar, Nasar, Eka Bima, Maya, Siti, dll, tidak lagi kedengaran.
Andaikan keuntungan yang diraih panitia juga mengedepankan masa depan finalis, tentu mereka masih tetap eksis dalam berkarir di dunia hiburan.
Memang ada anggapan bahwa panitia lomba memberi jalan kepada bibit muda untuk tampil profesional.
Itu benar. Tetapi ketika kemudian lomba telah selesai, panitia tidak lagi bertanggung jawab untuk kelanjutan karir peserta yang menjadi finalis. Inilah yang sangat disayangkan.
Dengan kata lain, janganlah ajang lomba menjadi alat untuk mengeruk keuntungan panitia semata. Sedangkan para finalis tidak lagi diperhatikan.
BaNi MusTajaB
www.lintasberita.com
i don't know what's in her mother's mind...
how could she let mano just in case like that, she's only 17 years old like us.
i think good mom would never do same thing like giving her young daughter without any complex reason.